isi ebook bpk Muh.Fattah
Dalam hal mendeteksi kesurupan ada 2 hal yang harus kita ketahui yaitu kesurupan eksternal dan kesurupan internal. Beberapa hari yang lalu saya bersama dengan sahabat sekaligus praktisi NLP dan Energi Risman Aris berkunjung kerumah salah satu rumah yang konon katanya Master Metafisika kuno TERBAIK di Asia Ustadz Ichsan Junirusda, beliau berbincang tentang pengalamannya mengatasi orang kesurupan dan hal-hal gaib yang lainnya yang pernah ditemui oleh beliau. Dari pengalamannya kami mendapatkan ilmu yang sangat luar biasa tentang cara penanganan kesurupan yang pada akhirnya saya rasa perlu dituangkan kedalam ebook ini agar bisa bermanfaat bagi siapa saja.
Dalam hal kesurupan, sahabat saya Risman Aris mengatakan bahwa ada 2 jenis kesurupan yaitu kesurupan eksternal adalah kondisi dimana seseorang dimasuki/dikirimkan lalu dikendalikan oleh sesuatu yang bersifat astral/gaib, kesurupan internal adalah kondisi dimana seseorang sedang memiliki sebuah problem yang sangat berat dihadapi sehingga menjadi beban yg tersimpan dalam dirinya lalu menimbulkan gangguan pada pikirannya seperti stress berat ataupun trauma yang pada akhirnya gangguan itu diekspresikan layaknya orang yang kerasukan makhluk gaib.
Untuk mengetahui apakah orang tersebut mengalami kesurupan eksternal atau internal, inilah 4 teknik jitu setelah beberapa pengalaman saya dapatkan yang siapapun saja bisa melakukannya, jadi biarpun anda bukan ahli gaib ato paranormal andapun bisa melakukannya. Berikut 4 teknik tersebut beserta cara mempraktekkannya :
1. Teknik Gelitik (Tickling)
Anda pasti bertanya-tanya kok orang kesurupan harus digelitik dulu?, inilah teknik dasar untuk mengetahui apakah orang itu kerasukan jin atau hanya dibuat-buat. Teknik inipun di temukan oleh Bpk Ust Icsan Junirusda yang ia praktekkan selama 20 tahun dalam menangani kasus kesurupan. Beliau mengatakan dalam tubuh manusia ada beberapa area yang ketika digelitik akan menyebabkan gerakan refleks dan merasa geli
Ketika anda bertemu dengan orang yang kesurupan jangan langsung disimpulkan bahwa orang itu kerasukan jin melainkan anda dekati dia dan gelitik area yang bisa mengakibatkan kegelian seperti pinggang (bagian deretan tulang rusuk), telapak kaki, dan area lainnya. Ketika orang itu merasa geli berarti dia mengalami kesurupan internal, tetapi ketika dia tidak merasa geli berarti mengalami kesurupan eksternal.
2. Teknik Mata Batin (Third Eye)
Ada banyak cara untuk mengaktifkan mata batin dan perlu latihan serta meditasi untuk bisa membuka mata batin. Salah satu teknik yang saya gunakan untuk membuka mata batin adalah melakukan meditasi ditempat yang tenang dan sepi seperti waktu tengah malam saat orang-orang terlelap lalu membayangkan warna ungu (Chakra Ajna) masuk ditengah dahi kepala diatas sedikit antara dua alis letak mata ketiga anda berada. Setiap menghirup udara lewat hidung bayangkan warna itu juga masuk di area tersebut dan ketika hembuskan udara lewat hirup bayangkan warna itu menyebar didalam kepala anda, lakukan selama beberapa menit sambil konsentrasi pada titik itu sampai anda merasakan hal yang menurut anda aneh seperti bisikan suara atau paling tidak anda bisa merasakan kehadiran makhluk astral,
Ketika anda sudah bisa merasakan ataupun mendengar yang berhubungan dengan hal gaib berarti anda sudah bisa membuka mata batin secara bertahap, tapi sebelum melakukan itu setidaknya anda memohon bantuan berupa doa kepada Allah SWT agar anda bisa membuka mata batin atas Kehendak-NYA.
Ada cara lain jika memang latihan membuka mata batin dirasa sangat berat untuk mendeteksi kesurupan yaitu dengan mata sayup, caranya yaitu anda hanya perlu membuat mata anda menyipit atau seperti mata yang mengantuk
tapi tidak tertutup hanya terbuka sedikit. Ketika anda menyayupkan mata perhatikan dan fokus pada wajah orang yang kesurupan itu, jika terjadi perubahan wajah yang anda lihat setelah beberapa menit berarti orang itu mengalami kesurupan eksternal tetapi jika tidak terjadi perubahan apa-apa selama beberapa menit anda perhatikan berarti orang itu mengalami kesurupan internal.
3. Teknik Deteksi Energi (Energy Detector)
Secara garis besar energi terbagi menjadi 2 yaitu energi positif dan energi negatif, ketika 2 energi itu bertemu maka terjadi pergesekan energi yang kuat. Dalam diri manusia sebenarnya tersimpan energi yang sangat luar biasa yang apabila diaktifkan bisa menjadi manfaat bagi dirinya dan orang lain, tergantung pribadinya karena bisa saja energi juga menjadi keburukan baginya dan orang lain jika disalahgunakan.
Untuk mengaktifkan energi dalam diri maka harus dibuka dulu gerbang yang menutupinya oleh praktisi energi dan ketika itu terbuka maka energi luar biasa akan muncul dalam diri anda yang disebut HAKI (Healing, Attunement, Keen, Intuition).
Terus bagaimana dengan saya yang belum belajar tentang kekuatan energi itu? Tenang saja saya akan kasih tahu caranya, anda terlebih dahulu memohon bantuan oleh Allah SWT agar diberi kekuatan untuk bisa membantu orang tersebut lalu letakkan telunjuk tangan kanan anda di area mata ketiga orang tersebut lalu bayangkan dan konsentrasi anda menyalurkan energi berwarna biru dimana dalam reiki warna biru adalah warna untuk penyembuhan, masuk ke orang itu melalui telunjuk anda sambil membaca ayat suci Al-Qur’an seperti Al-Fatihah atau Ayat Kursi dalam hati
Ketika anda menghirup nafas lewat hidung bayangkan anda sedang menyerap energi alam semesta kedalam diri anda lalu sambil menghembuskan napas lewat mulut bayangkan energi itu mengalir lewat tangan kanan lalu telunjuk lalu masuk ke orang tersebut. Jika memang orang itu kerasukan makhluk gaib, hanya beberapa detik dia akan merasakan seperti kesetrum atau kepanasan tetapi jika tidak dia akan merasa biasa-biasa saja selama beberapa menit anda melakukannya.
4. Teknik Akupresur (Accupressure)
Akupresur adalah terapi dengan menekan titik di bagian tubuh yang merupakan jalur meridian (saluran dalam tubuh yang dilewati energi Chi) dengan penekanan menggunakan tangan, terutama jempol, sehingga dengan penekanan tersebut akan mempengaruhi Chi (energi), Xie (darah) dan organ-organ tubuh baik organ padat (Cang) dan organ berongga (Fu), sehingga keseimbangan panas-dingin tubuh bisa harmonis, daya tahan tubuh meningkat, seingga patogen penyakit bisa ditangani oleh imunitas tubuh tersebut (Wei Chi).
Akupresur dengan akupuntur secara prinsip sama, hanya perbedaannya ialah pada cara merangsang jalur meridian itu kalau pada akupuntur dipakai alat yaitu jarum kalau dengan akupresur dengan menggunakan pijatan jari atau tangan.
Teknik ini bisa digunakan siapa saja walaupun bukan ahli supranatural ataupun paranormal, teknik ini saya dapatkan ketika berkunjung ke rumah Ustadz Ichsan Jurinusda ketika beliau menceritakan pengalamannya menangani orang yang kesurupan bahkan yang sudah beberapa hari dirasuki oleh makhluk astral beliau bisa mengeluarkan makhluk itu dengan teknik ini.
Caranya yaitu dengan menjepit sambil menekan bagian belakang jari tengah kaki yang berbentuk bukit lalu melipat lidah ke atas menyentuh rahang atas dan gigi atas bawah dirapatkan seperti menggigit. Jangan lupa sambil membaca Ayat Suci Al-Qur’an dalam hati dan memohon doa Kepada Allah SWT untuk menyembuhkan orang tersebut, ketika dia merasa sakit yang luar biasa dan kepanasan berarti orang itu mengalami kesurupan eksternal, tetapi jika tidak berarti orang itu mengalami kesurupan internal selama beberapa menit dilakukan teknik ini.
Itulah 4 teknik jitu yang bisa membantu anda dalam menangani kasus kesurupan dan juga ada satu hal yang perlu anda ketahui ketika mendapatkan orang yang mengalami kerasukan makhluk astral, Ini saya juga dapatkan dari Ustadz Ichsan Jurinusda.
Ketika anda mendapatkan orang yang kerasukan makhluk astral hal pertama yang anda lakukan adalah memberi tetesan jeruk nipis atau air dari rebusan daun kelor ke mata orang tersebut, hal ini menurut beliau membuat energi makhluk astral menjadi lemah.
Beliau juga mengatakan ketika sedang menghadapi atau berkomunikasi dengan makhluk astral yang ada dalam orang tersebut, jangan sampai anda kalah mental dan kalah fisik dengan mereka serta jika perlu anda ancam mereka. Sebelum anda berhadapan dengan kondisi seperti itu, terlebih dahulu anda duduk tenang memohon doa kepada Allah SWT untuk memberikan perlindungan kepada keluarga anda lalu bayangkan anda simpan keluarga anda dalam sebuah ruangan lalu menghilang sehingga anda merasa hanya anda seorang agar ketika makhluk gaib itu sudah keluar dari tubuh orang itu mereka tidak akan menyakiti keluarga anda karena mereka akan melihat hanya anda seorang diri dan mereka tidak dapat mengalahkan anda karena anda sudah mengalahkan mereka.
Satu hal yang perlu anda ketahui ketika menangani kasus kesurupan setelah anda mengobati dengan 4 teknik yang saya jelaskan sebelumnya, yaitu memberikan air putih yang sudah dibacakan doa kepada orang yang kesurupan tadi untuk diminum dengan penuh keyakinan bahwa ketika orang itu meminumnya akan sembuh atas izin Allah SWT.
Khasiat air putih sudah diteliti oleh seorang ilmuwan Jepang bernama Dr. Masaru Emoto, Melalui penelitian tentang air yang dilakukan ilmuwan Jepang Dr.Masaru Emoto akhirnya dapat kita ketahui bahwa air pun ternyata HIDUP dan dapat memberikan respon yang positif ataupun negatif terhadap manusia. Penelitian ini patut diacungi jempol karena telah membuktikan ayat dalam Al Quran : "Dan kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup..." (Q.S Al Anbiya (21) :30).
Dr.Masaru Emoto berhasil mendapatkan foto kristal air pertama di dunia bersama sahabatnya Kazuya Ishibashi (seorang ilmuwan yang ahli dalam mikroskop). Foto kristal air ini didapat dengan cara membekukan air pada suhu -25 derajat celcius dan difoto dengan alat foto berkecepatan tinggi. hasilnya adalah air ternyata mampu merespon terhadap kata-kata, gambar serta musik baik secara positif ataupun negatif.
Itulah sebabnya sekarang ini kita harus berahlak terhadap air karena dengan ahlak yang baik pada air berarti kita mengkonsumsi air yang akan berdampak baik pada tubuh kita, sebab air yang mampu membentuk heksagonal merupakan air yang mampu melunturkan racun-racun pada tubuh kita. Percobaan terhadap air tidak hanya dilakukan dengan kata-kata namun juga melalui musik. Ternyata musik klasik mampu merubah air membentuk kristal yang sangat indah sedangkan musik heavy metal justru membentuk air yang tidak baik.
Selasa, 26 April 2016
Sabtu, 23 April 2016
Doa Atasi Kesulitan Hidup dan
Ridho atas Ketetapan Allah
Seorang mukmin meyakini bahwa setiap yang terjadi di alam ini adalah atas
kehendak dan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang Allah kehendaki pasti
terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Dengan keyakinan
tersebut maka dirinya akan merasakan ketenangan didalam hatinya serta ridho
atas apa pun yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan atas dirinya baik ia
berupa kebahagiaan maupun kesengsaraan, kelapangan maupun kesempitan.
Firman Allah
Ta’ala :
مَا أَصَابَ
مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ
قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا
تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا
يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)
Artinya : “Setiap
bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah
tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang
demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang
luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan
diri.” (QS. Al Hadid : 22 – 23)
قُلْ لَنْ
يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Artinya : “Katakanlah
(Muhammad),”Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah
bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah lah
orang-orang
yang beriman bertakwa.” (QS. At Taubah : 51)
Apa yang
ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya tidaklah lepas
dari dua hal :
1.
Musibah yang disebabkan kemaksiatan seorang hamba.
وَمَا
أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Artinya : “Dan
musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuara : 30)
2.
Bahwa ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk
mengangkat derajatnya dan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.
Lantas
bagaimana seharusnya anda menyikapi ujian yang tengah keluarga anda hadapi
setelah mengetahui hal diatas :
Jika ujian
atau musibah yang saat ini tengah keluarga anda hadapi dikarenakan kemaksiatan
atau dosa yang dilakukan anda atau suami anda maka hendaklah segera bertaubat
atau beristighfar dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh
penyesalan atas apa yang dilakukan itu serta mengganti kemaksiatan tersebut
dengan ketaatan.
وَالَّذِينَ
لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي
حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ
أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ
مُهَانًا (69) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ
يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
(70)
Artinya : “Dan
orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak
membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan
tidak berzina, dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat
hukuman yang berat. (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat
dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang
yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebajikan, maka kejahatan mereka
diganti dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al Furqan
: 68 – 70)
وَإِنِّي
لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
Artinya :
“Dan sungguh, Aku Maha pengampun bagi yang bertaubat, beriman dan berbuat
kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.” (QS. Thaha : 82)
Akan tetapi
jika musibah yang tengah keluarga anda hadapi adalah semata-mata ujian untuk
mengangkat derajat keluarga anda dan menghapuskan berbagai kesalahan maka
tidaklah yang ada dihadapan anda kecuali ridho dengan ketatapan dan takdir
Allah dengan tetap mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Namun
demikian hendaklah suami anda tetap mengusahakan pengambilan haknya yang belum
didapat dari proyek pemerintah dan mencari informasi tentang keberadaan
temannya yang membawa uangnya.
Adapun doa
yang diajarkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam ketika menghadapi
musibah, sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha berkata,”Saya
mendengar Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda,’Tidaklah seorang
hamba terkena musibah maka ia mengatakan,’Inna lillahi wa Inna ilaihi roji’un.
Allahumma Ajirnii fii mushibatii wakhluf lii khoiron minha. (Sesungguhnya kami
milik Allah dan kepada-Nya kami dikembalikan. Yaa Allah berikanlah pahala
kepadaku didalam musibahku dan gantilah buatku yang lebih baik darinya) kecuali
Allah berikan baginya pahala dari musibahnya dan menggantikan baginya yang
lebih baik darinya.” Ummu Salamah berkata,”Tatkala Abu Salamah meninggal lalu
aku berdoa dengan yang diperintahkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam
maka Allah pun menggantikan buatku yang lebih baik darinya (yaitu) Rasulullah
Shalallahu alaihi wa Sallam.” (HR. Muslim)
lalu bagaiman jika musibah terjadi karena dosa dari salah satu dari keluarga misalnya karena kesalahan suami kemudian istrinya juga ikut menderita??
maka, itu adalah teguran bagi suami agar ia bertaubat dan ujian bagi istri untuk mendapat peringkat yang mulia disisi Allah SWT...
Keistimewaan wanita dalam pandangan islam
Berikut merupakan keistimewaan wanita menurut Islam,
menunjukkan betapa Islam begitu menghormati dan menghargai para wanita yang
sholehah. Berbahagialah engkau wahai bidadari penghuni syurga...... !
1.
Wanita yang solehah
(baik) itu lebih baik daripada 70 orang pria yang soleh.
2.
Barang siapa yang
menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa
menangis kerana takutkan Allah S.W.T. dan orang yang takutkan Allah S.W.T. akan
diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
3.
Barang
siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan
kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah.
4.
Hendaklah
mendahulukan anak perempuan daripada anak pria. Maka barang siapa yang
menyukakan anak perempuan seolah- olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S.
5.
Wanita yang tinggal
bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W.) di dalam
syurga.
6.
Barang siapa mempunyai
tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau
dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka
dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka
baginya adalah syurga.
7.
Daripada
Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan se Suatu daripada anak-anak
perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi
penghalang baginya daripada api neraka.
8.
Syurga
itu di bawah telapak kaki ibu.
9.
Apabila memanggil akan
engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
10.
Wanita yang taat
berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka
pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan
tidak dihisab.
11.
Wanita
yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di
langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat
kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).
12.
Aisyah
r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., siapakah yang lebih besar
haknya terhadap wanita? Jawab baginda, “Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap
pria?” tanya Aisyah kembali, Jawab Rasulullah S.A.W. “Ibunya.”
13.
Perempuan apabila
sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat
akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana sahaja yang dia kehendaki.
14.
Tiap perempuan yang
menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T. memasukkan dia ke dalam
syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
15.
Apabila
seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para
malaikat untuknya. Allah S.W.T. menatatkan baginya setiap hari dengan 1,000
kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
16.
Apabila
seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T. mencatatkan
baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.
17.
Apabila seseorang
perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan
ibunya melahirkannya.
18.
Apabila telah lahir
(anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya
diberi satu kebajikan.
19.
Apabila
semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah
S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas
untuk membela agama Allah S.W.T.
20.
Seorang
wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
21.
Seorang wanita yang
jahat adalah lebih buruk dari pada 1,000 pria yang jahat.
22.
Rakaat solat dari
wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat wanita yang tidak
hamil.
23.
Wanita
yang memberi minum air susu ibu (asi) kepada anaknya daripada badannya (susu
badannya sendiri) akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang
diberikannya.
24.
Wanita
yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih
akan mendapat pahala jihad.
25.
Wanita yang melihat
suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih
sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
26.
Wanita yang
menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga
adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya,
akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan
di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat
daripada yakut.
27.
Wanita
yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit akan
diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya
Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.
28.
Wanita
yang memerah susu binatang dengan “bismillah” akan didoakan oleh binatang itu
dengan doa keberkatan.
29.
Wanita yang menguli
tepung gandum dengan “bismillah”, Allah akan berkatkan rezekinya.
30.
Wanita yang menyapu
lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di baitullah.
31.
Wanita
yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
32.
Wanita
yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.
33.
Wanita yang bersalin
akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu
uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.
34.
Sekiranya wanita mati
dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.
35.
Jika
wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun solat.
36.
Jika
wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo(2½ thn),maka malaikat-malaikat
dilangit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib baginya. Jika wanita memberi
susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu
tahun solat dan puasa.
37.
Jika wanita
memicit/mijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika
wanita memicit suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 tola perak.
38.
Wanita yang meninggal
dunia dengan keredhaan suaminya akan memasuki syurga.
39.
Jika
suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.
40.
Semua
orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan
datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di
dunia ini dengan istiqamah.
Jumat, 15 April 2016
koneksi pakan, bibit dan olahan hasil ternak
koneksi bibit, pakan dan olahan hasil ternak
assalamu'alaikum....
salam jaya merdeka tani ternak Indonesia...!!!!!
Bagi para petani peternak Indonesia yang ingin mengembangkan pertanian maupun peternakanya,,, bisa gabung disini..
kami "choroby Farm" siap menjadi sahabat tani ternak Indonesia... Kami menyediakan bibit-bibit ternak unggulan, sapi,kambing,itik, ayam, serta pakannya,, kami sediakan rumput odot, rumput gajah, dll. beserta benihnya dan juga pakan fermentasi yang siap untuk kami kirimkan kepada anda...juga olahanya mulai dari nugget kelinci,telur asin,dll...
kami juga siap melayani konsultasi yang berhubungan dgn pertanian peternakan...
anda bisa hubungi kami di :
085746710119 (Robi'atul)
FB : Robi'ah Al Adawiyah
Email : robi1.aladawiyah@gmail.com
#salam_jaya_merdeka_taniTernak_Indonesia
dari "Choroby_Farm"
assalamu'alaikum....
salam jaya merdeka tani ternak Indonesia...!!!!!
Bagi para petani peternak Indonesia yang ingin mengembangkan pertanian maupun peternakanya,,, bisa gabung disini..
kami "choroby Farm" siap menjadi sahabat tani ternak Indonesia... Kami menyediakan bibit-bibit ternak unggulan, sapi,kambing,itik, ayam, serta pakannya,, kami sediakan rumput odot, rumput gajah, dll. beserta benihnya dan juga pakan fermentasi yang siap untuk kami kirimkan kepada anda...juga olahanya mulai dari nugget kelinci,telur asin,dll...
kami juga siap melayani konsultasi yang berhubungan dgn pertanian peternakan...
anda bisa hubungi kami di :
085746710119 (Robi'atul)
FB : Robi'ah Al Adawiyah
Email : robi1.aladawiyah@gmail.com
#salam_jaya_merdeka_taniTernak_Indonesia
dari "Choroby_Farm"
makalah agribisnis sapi perah
Oleh: Sarpintono
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan peternakan sapi perah di
Indonesia, berbagai permasalahan persusuan pun semakin bertambah pula baik
permasalahan dari sisi peternak, koperasi, maupun dari industri pengolahan susu.
Sejak dilakukan impor sapi perah secara besar-besaran dari Australia dan New
Zealand pada awal tahun 1980-an, ternyata produktivitas usahaternak rakyat
masih tetap rendah seolah jalan ditempat, karena manajemen usaha ternak dan
kualitas pakan yang diberikan sangat tidak memadai. Memperbaiki manajemen
peternakan rakyat merupakan problema yang cukup komplek, tidak hanya merubah
sikap peternak tetapi juga bagaimana menyediakan stok bibit yang baik dan bahan
pakan yang berkualitas dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan.
Dalam perdagangan bebas, restriksi perdagangan terutama
tarif bea masuk setahap demi setahap harus dikurangi sampai mencapai 0 %.
Dengan adanya perdagangan bebas ini, produk susu segar impor dapat memasuki
pasaran Indonesia dengan mudah. Satu sisi, hal ini dapat memberikan peluang dan
kesempatan pada konsumen untuk memilih produk susu yang mereka inginkan sesuai
dengan kualitas dan harga yang dapat mereka jangkau. Tapi di sisi lain, hal ini
dapat menyebabkan keterpurukan bagi para peternak sapi perah karena
ketidakmampuan bersaing dalam sisi harga, kualitas, dan produksi susu
dibandingkan dengan susu segar impor. Kondisi inilah yang menyebabkan para
peternak sapi perah kembali tidak bergairah untuk meneruskan usaha peternakan
sapi perahnya.
Berdasarkan berbagai kendala dan kondisi di atas, maka perlu
di teliti tentang permasalahan yang menghambat perkembangan persusuan di
Indonesia. Hambatan perkembangan persusuan di Indonesia dapat di analisis
dengan analisis sistem agribisnis sapi perah di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana sistem
agribisnis pada komoditas sapi perah di Indonesia?
b. Bagaimana pola agribisnis
peternakan sapi perah di Indonesia?
c. Bagaimana distribusi
susu dari peternak sampai ke industri pengolahan susu di Indonesia?
d. Apa saja permasalahan dan
hambatan peternakan sapi perah di Indonesia?
1.3. Tujuan
a. Mengenal sistem agribisnis pada komoditas sapi perah di
Indonesia.
b. Menggambarkan pola agribisnis peternakan sapi perah di
Indonesia.
c. Menggambarkan distribusi susu dari peternak sampai ke
industri pengolahan susu di Indonesia.
d. Menganalisis permasalahan dan hambatan peternakan sapi perah
di Indonesia?
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan
informasi sebagai bahan pertimbangan pengambil kebijakan dalam beragribisnis peternakan sapi perah bagi pelaku usaha dan pelaku utama. Secara spesifik penelitian
ini akan dapat dimanfaatkan:
a. Sebagai masukan bagi pengusaha
agribisnis sapi perah tentang sistem, pola, distribusi, permasalahan dan
hambatan peternakan sapi perah di Indonesia.
b. Sebagai masukan bagi pengambil
kebijakan untuk membangun sistem agribisnis peternakan sapi perah di Indonesia.
2. Metode Penelitian
Untuk mengetahui sistem, pola, distribusi dan permasalahan
dan hambatan agribisnis peternakan sapi perah di Indonesia digunakan sistem,
pola, distribusi dan permasalahan dan hambatan agribisnis peternakan sapi perah
di Indonesia menggunakan metode data sekunder. Data-data sekunder tersebut
dianalisis dengan metode deskriptif.
3.Hasil dan Pembahasan
3.1. Sistem Agrbisnis Sapi Perah Di Indonesia
Sistem agribisnis pada komoditas sapi perah dibangun
berdasarkan sistem vertical integration, yaitu antar pelaku agribisnis
satu sama lain saling tergantung pada produk susu. Produksi susu hasil
peternakan rakyat sebagian besar disalurkan ke Koperasi/KUD persusuan yang
kemudian di pasarkan kepada Industri Pengolah Susu. Koperasi memberikan
pelayanan kepada peternak sebagai anggotanya, berupa pemasaran hasil
produksinya juga melayani kebutuhan konsentrat, obat-obatan, IB, memberikan
fasilitas penyaluran kredit, dan memberikan pelayanan penyuluhan. Melihat
sistem agribisnis tersebut, tampak bahwa bisnis persusuan tidak dapat
dipisahkan antara subsistem off farm I (pra produksi=subsistem I), on
farm (budidaya=subsistem II) dan off farm II (pasca
produksi=subsistem III dan pemasaran hasil=subsistem IV) serta sub
systempendukungnya, yaitu lembaga keuangan dan lembaga-lembaga
Penelitian/penyedian SDM.
3.2. Pola Agribisnis Peternakan Sapi Perah di Jawa Barat
Pada subsistem I (pra produksi), semua input produksi
(konsentrat, obat-obatan, hijauan, semen beku, peralatan inseminasi buatan,
alat-alat dan mesin perah, dan sebagainya) disuplai untuk kegiatan budidaya
sapi perah. Dengan adanya suplai input produksi tersebut, maka keberadaan sapi
perah telah memajukan usaha atau perusahaan yang bergerak di bidang input
produksi, seperti adanya pabrik pakan, pabrik peralatan dan mesin perah, dan
sebagainya. yang diproduksi oleh perusahaan
Pengembangan agribisnis berbasis sapi perah harus dilakukan
secara terintegrasi dari hulu sampai hilir. Selain itu, secara kelembagaan
antara peternak, koperasi dan IPS harus menjalankan pola kemitraannya secara
sinergis. Bila tidak dilakukan, niscaya bisnis persusuan tidak akan berhasil
sebagaimana yang diharapkan karena sistem kerjasama yang dibangun pada
komoditas sapi perah ini adalah sistem integrasi vertikal dengan satu jenis
produk yang sama, yaitu susu. Bila terjadi ketimpangan pada sistem agribisnis
ini, maka akan berdampak pada kehancuran subsistem yang ada di dalamnya.
3.3. Distribusi Susu, Input Dan Sarana Produksi
Peternak dari berbagai lokasi, baik yang berada di dataran
rendah dan diperbukitan menyetorkan susunya kepada koperasi yang terdekat
dengan wilayahnya melalui tempat pelayanan susu. Dari pelayanan susu tersebut,
kemudian susu dari peternak dibawa ke koperasi
untuk selanjutnya dikirim kepada IPS ataupun dijual langsung
ke konsumen. secara umum aliran disitribusi produk susu di mulai dari peternak.
Para peternak dari berbagai lokasi mengantarkan susunya ke titik terdekat yang
telah ditentukan oleh koperasi atau disebut juga
Tempat Penampungan Susu (TPS). Selanjutnya, pada jam yang
telah ditentukan, susu-susu dari TPS tersebut diambil oleh koperasi melalui
alat transportasi pengangkut susu untuk ditampung di koperasi. Selanjutnya
pihak koperasi melakukan test dan uji kualitas susu yang dihasilkan peternak
yang nantinya akan dikompensasi dengan harga susu per liternya. Susu yang
ditampung oleh koperasi selanjutnya didistribusikan ke Industri Pengolahan Susu
(IPS). Pihak IPS memberikan pembayaran atas harga susu dan pembinaan berupa
informasi harga ke koperasi. Pihak koperasi sendiri berperan memberikan
pelayanan kepada anggotanya sebagai penyedia input dan sarana produksi,
pembinaan terhadap peternak, pemberian kredit sapi, simpan pinjam, pelayanan
kesehatan, dan sebagainya.
3.4. Permasalahan dan Hambatan Peternakan Sapi Perah di
Indonesia
a. Kondisi Peternakan Sapi Perah Rakyat
Sebagian besar usaha peternakan sapi perah dikelola oleh
peternakan sapi perah rakyat dengan skala usaha yang tidak ekonomis. Skala
usaha peternakan sapi perah sekitar 5,8 ekor/unit usaha dan kemampuan produksi
sekitar 11,6 liter/ekor/hari, rataan kemampuan produksi susu di Jawa Barat
sekitar 8,20 kg/ekor/hari dengan skala usaha 3,3 ekor/peternak.
b. Ketersediaan pakan
Satu permasalahan utama yang sering dialami oleh para
peternak adalah kontinyuitasn masalah hijauan. Pada musim hujan, hijauan sangat
berlimpah sehingga para peternak tidak begitu susah untuk mencari hijauan.
Tetapi apabila musim kemarau panjang datang, maka sudah jelas kesulitan yang
terjadi adalah ketersediaan hijauan. Dari tahun ketahun permasalahan
ketersediaan hijauan di musim kemarau menjadi momok yang besar dan pekerjaan rumah
yang belum terselesaikan, baik oleh para peternak maupun koperasi. Sudah ada
berbagai upaya pengawetan hijauan, seperti silase, pengeringan hijauan,
mengganti dengan sumber pakan lain, dan sebagainya belum efektif dalam memenuhi
kebutuhan hijauan yang cukup besar tersebut.
c. Kendala Manajemen Peternakan Sapi perah Rakyat
Kendala manajemen peternakan sapi perah rakyat di Indonesia adalah: 1) Masih
rendahnya roduktivitas sapi perah yang dipelihara peternak, karena mutu genetik
(bibit) sapi perahnya rendah, juga karena manajemen budidaya ternak dan
kualitas pakan yang diberikan tidak memadai. 2) Rendahnya kualitas susu
yang ditunjukan antara lain oleh tingginya kandungan kuman sekitar rata-rata
diatas 10 juta/cc, yang diakibatkan oleh sistem manajemen kandang yang
tradisional, sehingga harga yang terbentuk pun menjadi rendah. 3) Sapi perah
sangat tergantung pada ketersediaan lahan sebagai penghasil pakan. Realitanya,
lahan produktif bagi kepentingan peternakan sapi perah semakin terdesak oleh
kebutuhan sektor lainnya. 4) Rataan jumlah pemilikan ternak yang tidak efesien
(3,3 ekor/peternak), sehingga kurang menjanjikan keuntungan bagi peternak. Hal
ini menjadikan tantangan tersendiri untuk meningkatkan skala usahanya, sehingga
usaha peternak menjadi efesien. 5) Semakin langkanya sumberdaya manusia berupa
tenaga kerja muda yang berusaha di bidang peternakan sapi perah. Hal ini
sebagai dampak dari pergeseran orientasi pembangunan yang mengarah ke sektor
jasa dan industri. 6) Belum terjadinya integrasi dan koordinasi yang harmonis
antar lembaga pemerintah, swasta, koperasi dan peternak, sehingga berbagai
kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kurang diantisipasi oleh para pelaku
bisnis.
d. Pemasaran dan Pengolahan Hasil Produksi
Berdasarkan data yang telah diungkapkan, masih terdapat
kekurangan suplai susu untuk memenuhi permintaan di Indonesia.
e. Koperasi Persusuan
Permasalahan pada koperasi adalah: 1) Orientasi usaha masih subsisten.
Umumnya Koperasi dan UKM melakukan kegiatan usahanya masih berorientasi
subsisten. Artinya kegiatan yang dilakukannya hanya memenuhi kebutuhan hari
ini. Orientasi sesungguhnya masih kepada produksi (budidaya), belum mampu
menyusun kekuatan pasar dan sarana produksi. Akibatnya sub sistem Koperasi dan
UKM masih memiliki ketergantungan usaha terhadap sub sistem lainnya,
yang seharusnya terjadi saling ketergantungan antar sub sistem.
2)Kendala operasionalisasi kebijakan pemerintah. Koperasi dan UKM
merupakan ajang atau obyek dari proses pembangunan bukannya subyek pembangunan.
Kenyataan ini, tampak dari berbagai kebijakan yang ada, selalu diikuti dengan
kegagalan dan kemacetan di sanasini (contoh kasus, KUT dan kredit program
lainnya). Hal tersebut mungkin lebih disebabkan oleh profesionalisme SDM yang
melakukan transfer kebijakan masih rendah dalam menghadapi gerakan Koperasi. 3)Sumber
Daya Manusia (SDM). Koperasi dan UKM masih belum mampu menghargai tingkat
profesionalisme SDM yang ada. Berbeda dengan dunia usaha skala Besar. Akibatnya
tenaga-tenaga profesional enggan berkiprah di Koperasi dan UKM. Selain itu,
masih kentalnya budaya memilih tokoh/masyarakat serba bisa, padahal kondisi
yang diperlukan adalah seorang wirausaha yang profesional. Di samping itu,
karena tidak profesionalnya para pengurus dan karyawan maka banyak yang
menjalankan koperasi yang tidak amanah sehingga koperasi menjadi bangkrut.
f. Permasalahan Industri Pengolahan Susu
Seiring dengan dibebaskannya perusahaan pengolahan susu
untuk tidak selalu menyerap susu dari peternak dan diberikannya kebebasan impor
susu, maka para peternak dan koperasi harus mampu bersaing dengan produk susu
dari luar negeri. Saat ini, susu segar dalam negeri masih terselamatkan dengan
harga susu tepung impor yang relatif mahal dibandingkan dengan susu segar dalam
negeri.
Selain itu, untuk produk ultra high temperature yang
diproduksi oleh perusahaan dalam bentuk susu cair kemasan masih menjadi
penolong bagi susu segar dari peternak karena IPS tidak berani membayar mahal
untuk mengimpor susu cair dari luar negeri. Selama ini, 80% susu dari peternak
diserap oleh IPS. Harga susu yang diterima peternak dari IPS belum mengalami
penaikan padahal biaya produksi sudah semakin meningkat. Ini yang menjadi tugas
dari GKSI untuk memperjuangkan peningkatan harga susu yang diterima peternak
dari IPS.
Makalah Usaha Peternakan Sapi Perah
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara sedang berkembang yang memiliki karakteristik laju pertumbuhan
ekonomi yang cukup baik dibarengi dengan laju pertumbuhan yang pesat.
Peningkatan jumlah penduduk saat ini memberikan dampak yang besar terhadap
peningkatan permintaan (demand) produk pangan masyarakat. Selain itu,
perkembangan masyarakat saat ini lebih ke arah yang lebih maju baik dari segi
pendapatan maupun tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya nilai gizi
pangan. Hal ini
membuat masyarakat cenderung lebih meningkatkan konsumsi pangan yang mengandung gizi tinggi. Salah satu produk pangan yang terus mengalami peningkatan permintaan setiap tahunnya adalah susu. Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 5,79 kg/kapita pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 6,8 kg/kapita pada tahun 2005 (Ditjen Bina Produksi Peternakan, 2009).
membuat masyarakat cenderung lebih meningkatkan konsumsi pangan yang mengandung gizi tinggi. Salah satu produk pangan yang terus mengalami peningkatan permintaan setiap tahunnya adalah susu. Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 5,79 kg/kapita pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 6,8 kg/kapita pada tahun 2005 (Ditjen Bina Produksi Peternakan, 2009).
Pengembangan
sektor peternakan khususnya usaha ternak sapi perah di Indonesia saat ini perlu
dilakukan karena kemampuan pasok susu peternak lokal saat ini baru mencapai 25
persen sampai 30 persen dari kebutuhan susu nasional (Direktorat Jenderal
Peternakan, 2007). Besarnya volume impor susu menunjukkan prospek pasar yang
sangat besar dalam usaha peternakan sapi perah untuk menghasilkan susu sapi
segar sebagai produk substitusi susu impor.
Meningat kondisi geografis, ekologi dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok dalam pengembangan peternakan sapi perah (agribisnis persusuan) serta besarnya kekurangan pasokan susu dalam negeri, sebenarnya banyak sekali kerugian yang diperoleh Indonsia akibat dilakukannya kebijakan impor susu. Diantaranya adalah terkurasnya devisa nasional, tidak dimanfaatkannya potensi sumber daya manusia yang ada khususnya masyarakat pedesaan untuk pengembangan agribisnis persusuan, dan hilangnya potensi pendapatan yang seharusnya diperoleh pemerintah dari pajak apabila agribisnis persusuan ini dikembangan secara baik.
Meningat kondisi geografis, ekologi dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok dalam pengembangan peternakan sapi perah (agribisnis persusuan) serta besarnya kekurangan pasokan susu dalam negeri, sebenarnya banyak sekali kerugian yang diperoleh Indonsia akibat dilakukannya kebijakan impor susu. Diantaranya adalah terkurasnya devisa nasional, tidak dimanfaatkannya potensi sumber daya manusia yang ada khususnya masyarakat pedesaan untuk pengembangan agribisnis persusuan, dan hilangnya potensi pendapatan yang seharusnya diperoleh pemerintah dari pajak apabila agribisnis persusuan ini dikembangan secara baik.
Perumusan Masalah
ü 1. Bagaimana Memulai suatu Usaha Peternakan Sapi
Perah di Kabupaten Gowa
ü 2. Bagaimana Perencanaan Pengembangan Sapi Perah di
Kabupaten Gowa
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut
Firman (2007), seiring dengan perkembangan waktu, perkembangan agribisnis
persusuan di Indonesia dibagi menjadi tiga tahap perkembangan, yaitu Tahap I
(periode sebelum tahun 1980) disebut fase perkembangan sapi perah, Tahap II
(periode 1980-1997) disebut periode peningkatan populasi sapi perah, dan Tahap
III (periode 1997-sampai sekarang) disebut periode stagnasi. Stagnasi
tersebut menyebabkan sampai saat ini Indonesia belum mampu untuk memenuhi
kebutuhan susu dalam negeri. Hal ini terjadi akibat banyaknya kendala dalam
melakukan pengembangan usaha ternak sapi perah seperti keterbatasan modal,
tingginya harga pakan konsentrat, keterbatasan sumber daya dan juga lahan untuk
penyediaan hijauan, minimnya rantai pemasaran susu. Hal lain yang menjadi
kelemahan dalam usaha ternak sapi perah adalah terbatasnya teknologi pengolahan
kotoran hewan ternak saat ini yang menyebabkan pencemaran.
Menurut
Direktorat Jenderal Peternakan
(2007), perkembangan ekspor susu olahan dan impor susu bubuk (Skin Milk
Powder-SMP) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data
dari tahun 2003-2006, volume ekspor dan produk susu olahan tertinggi dicapai
pada tahun 2003 sebesar 49.593.646 kg dengan nilai US $54.830.373. Sedangkan,
volume impor tertinggi juga dicapai pada tahun 2005 sebesar 173.084.444 kg
dengan nilai US $399.165.422. Dari angka tersebut, terlihat bahwa volume impor
susu jauh lebih besar daripada volume ekspornya. Hal ini mengindikasikan bahwa
kondisi perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia masih jauh dari target.
Susu
merupakan bahan makanan asal ternak yang memiliki kandungan gizi tinggi. Hal
ini mengakibatkan permintaan akan susu meningkat seiring dengan semakin
bertambahnya populasi manusia setiap tahunnya. Saat ini sebagian besar susu di
Indonesia masih harus diimpor (sekitar 70 %), sedangkan 30%nya di pasok dari
produksi susu domestic yang sebagian besar dihasilkan oleh peternakan sapi
perah rakyat. Selain itu, susu yang dihasilkan oleh peternak sapi perah
Indonesia banyak yang tidak memenuhi standar IPS, sehingga banyak susu yang
ditolak pabrik pengolahan susu. Tidak ada langkah lain selain membuang susu,
dan hal ini tentu akan merugikan peternak Indonesia (Anonim, 2012).
Sebagai
generasi bangsa, setiap masyarakat Indonesia dituntut peran sertanya dalam
pembangunan. Salah satu aspek penting dan vital bagi rakyat Indonesia adalah
bidang pertanian, karena sebagian besar masyarakat Indonesia bergerak dalam
sector pertanian, termasuk didalamnya subsector peternakan. Langkah yang dapat
dilakukan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi susu masyarakat Indonesia adalah
dengan banyak masyarakat yang membudidayakan peternakan sapi perah. Supaya
peternakan sapi perah berjalan sesuai dengan tujuan yaitu memberikan produksi
susu yang tinggi dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, maka diperlukan
perencanaan yang matang sebelum memulai membudidayakan peternakan sapi perah
(Sudono, 1999).
PEMBAHASAN
ü Memulai Suatu Usaha
Peternakan Sapi Perah
Sebelum memulai beternak sapi perah, ada beberapa hal yang
harus dipersiapkan dan diperhitungkan secara matang. Persiapan dan perhitungan
ini sangat menentukan keberhasilan peternakan. Paling tidak, ada tiga hal yang
harus dipersiapkan dan dipertimbangkan yaitu : lahan untuk kandang dan tempat
memnanam rumput, ketersediaan air dan keberadaaan bibit sapi perah.
A. PERSIAPAN LAHAN
1. Lahan Untuk
Kandang
Lahan yang dibutuhkan untuk kandang berdasarkan keadaan sapi
perah terbagi atas 3 yaitu sebagai berikut :
-. Kandang
seekor sapi masa produksi membutuhkan lahan seluas 380 x 140 cm =
5,32 m². luas lahan ini sekaligus termasuk selokan, jalan kandang dan tempat
pakan.
-. Kandang sapi
dara siap bunting sampai bunting membutuhkan lahan 12 x 20 m = 240
m²/ 10 ekor. Dalm hal ini, sapi-sapi dara dilepaskan secara berkelompok.
-. Kandang seekor
sapi pedet membutuhkan lahan seluas 150 x 120 cm =1,8 m²
2. Lahan Untuk
Penanaman Rumput
Usaha peternakan sapi perah sangat tergantung pada
ketersediaan pakan hijaun. Pakan berupa hijauan ini bisa diperoleh dari lahan
pertanian dan hasil budidaya atau penananaman secara khusus. Agar peternak
memiliki persediaan hijauan, keberadaan lahan untuk penanaman rumput mutlak
diperlukan. Lahan untuk kebutuhan ini disesuaikan dengan jumlah sapi perah yang
dipelihara. Menurut pengalaman, lahan seluas 1 ha bisa memenuhi kebutuhan
hijauan sekitar 10-14 ekor sapi dewasa selama 1 tahun.
B. KETERSEDIAAN AIR
Air mutlak diperlukan dalam usaha peternakan sapi perah. Hal
ini disebabkan susu yang dihasilkan 87% berupa air dan sisanya berupa bahan
kering. Disamping itu, untuk mendapatkan 1
litter susu, seekor sapi perah membutuhkan 3-4 litter air minum. Untuk
menghasilkan susu yang sebgaian besar berupa air tersebut, keberadaan atau
ketersediaan air dilingkungan sekitar lokasi peternakan harus diperhitungkan.
Dengan perhitungan yang matang, peternak diharapkan tidak mendapat kesulitan di
belakang hari.
Dalam peternkan ini, air digunakan tidak hanya untuk minum
sapi namun juga digunakan untuk memnadikan sapid an membersihkan kandang.
Khusus untuk minum, sebaiknya sapi diberikan minum secara adlibitum atau tidak
terbatas jumlahnya (sekenyangnya).
C. BIBIT
Bibit sapi perah yang akan dipelihara sangat menentukan
keberhasilan usaha ini. Hal ini juga seperti yang terjadi pada rekan saya yaitu
bpk. Atta yang bergerak dalam usaha sapi perah yang pernah mengalami kerugian
akibat sapi bibit yang dibelinya ternyata merupakan sapi yang freemartin (sapi
betina namun memiliki sifat sapi jantan -> tidak bisa bunting). Oleh karena
itu maka pemilihan bibit harus dipikirkan dan dan dilakukan dengan cermat
dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Genetic atau
keturunan
Bibit sapi perah harus berasal dari induuk yang
produktivitasnya tinggi dan pejantan yang unggul. Hal ini disebabkan sifat
unggul kedua induk akan menurun kepada anaknya. Akan lebih baik lagi jika bibit
tersebut berasal dari induk yang produktifitasnya tinggi yang dikawinkan dengan
pejantan unggul.
2. Bentuk ambing
Bentuk ambing pada sapi perah dapat menentukan kuantitas dan
kualitas susu yang akan dihasilkan. Ambing yang baik adalah ambing yang besar,
pertautan antara otot kuat dan memanjang sedikit ke depan, serta putting normal
(tidak lebih dari 4)
3. Eksterior atau
Penampilan
Secara keseluruhan, sosok bibit sapi perah harus
proporsional, tidak kurus dan tidak terlalu gemuk, kaki berdiri tegak dan jarak
antara kaki kanan dan kai kiri cukup lebar (baik kai depan maupun belakang),
serta bulu mengkilat. Perlu diketahui, besar tubuh tidak menentukan kauntitas
atau jumlah susu yang dihasilkan serta tidak menentukan ketahaan terhadap penyakit.
4. Umur Bibit
Umur bibit sapi perah betina yang ideal adalh 1,5 tahun
dengan bobot sekitar 300 kg. sementara itu, umur pejantan 2 tahun dengan bobot
badan sekitar 350 kg.
ü Perencanaan
Pengembangan Sapi Perah
Suatu usaha yang didasarkan pada rencana sebelumnya,
hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan usaha yang dilakukan tanpa ada
rencana sebelumnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat
perencanaan sapi perah adalah sebagai berikut:
1. Merintis Usaha
Sebelum memulai usaha kita harus menentukan titik awal atau
latar belakang kita berusaha, apakah usaha kita merupakan pendirian usaha atau
pengembangan usaha. Jika pendirian usaha, maka perencanaan akan dimulai dari
awal, sedangkan jika pengembangan usaha, maka perencanaan usahanya merupakan
perencanaan lanjutan. Persiapan dalam merintis usaha yaitu harus memperhatikan:
- Aspek Umum yang umumnya terdiri dari social, budaya, tanggapan masyarakat, dukungan pemerintah, dan lain-lain,
- Aspek Ekonomi, yaitu berkaitan dengan analisis usaha yang nantinya apakah usahanya akan menguntungkan atau sebaliknya memperoleh kerugian. Sehingga aspek ekonomi ini merupakan aspek yang vital dalam perencanaan usaha peternakan sapi perah,
- Aspek Teknis Operasional yaitu aspek yang terkait dengan teknis dan lingkungan. Tanpa adanya aspek ini, maka produksi tidak dapat dihasilkan. Untuk memperoleh usaha yang menguntungkan, maka harus dimulai dari aspek teknis yang baik dan berkualitas.
2. Rencana Kerja Usaha
Rencana kerja disusun setelah ada ide merintis usaha. Tahap ini
merupakan tahap yang menentukan dalam awal usaha yang dilakukan. Rencana kerja
dapat dibagi kedalam lima bagian, yaitu:
- Maksud dan tujuan usaha
Usaha peternakan sapi perah dijalankan sebagai usaha
produksi susu saja atau ditambah dengan usaha pembibitan sapi perah. Kejelasan
maksud dan tujuan akan memudahkan dalam kelanjutan usaha kedepannya.
- Ternak yang akan diusahakan
Ternak yang diusahakan akan menggunakan jenis ternak
tertentu, kemudian jenis kelamin tertentu dan harus dipastikan jumlah awal
ternaknya berapa banyak atau jika pengembangan maka penambahan ternaknya harus
diperhatikan berapa banyak.
- Kandang dan Gudang
Hal ini disesuaikan dengan rintisan usaha, apakah akan
membuat bangunan awal atau membuat bangunan tambahan.
- Pakan
Pakannya harus dipantau ketersediaannya, sehingga terjadi
kontinyuitas penyediaan pakan. Maka ternak dapat tercukupi kebutuhan pakannya
baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
- Pasar
Usaha ternaknya harus mempunyai pasar yang baik. Jika
pasarnya kurang baik, meskipun produksinya tinggi dan baik maka susu atau pedet
tidak dapat dijual dan hal ini akan menyebabkan kerugian pada usaha peternakan
sapi perah.
3. Rencana Penggunaan Modal
Rencana penggunaan modal juga merupakan aspek yang memiliki
peran vital dalam usaha, karena tanpa modal usaha hanya akan menjadi rencana
saja dan tidak adapat diaplikasikan. Modal usaha yang harus dikeluarkan dalam
menyusun rencana usaha peternakan sapi perah yaitu:
- Investasi
- Kandang
- Gudang
- Perumahan
- Peralatan pemerahan
- Peralatan teknis pemeliharaan
- Biaya Tetap
- Sapi betina (Laktasi dan kering kandang)
- Sapi jantan
- Pedet betina
- Pedet jantan
- Biaya Operasional
- Pakan (Hijauan dan konsentrat)
- Gaji karyawan
- Obat-obatan
- Penyusutan bangunan dan peralatan
- Listrik
- Penyusutan kematian ternak (sekitar 4-5 %)
- Pajak
- Biaya lain-lain.
- Perkembangbiakan ideal sapi perah
Sebelum memulai usaha, peternak atau pengusaha harus
mengetahui perkembangbiakan sapi perah. Beberapa hal yang harus diketahui dan
diperhatikan adalah sebagai berikut:
- Lama kebuntingan 9 bulan
- Masa kering kandang 2 bulan
- Siklus birahi 21 hari
- Lama birahi 2 sampai 3 hari
- Umur afkir induk atau pejantan 8 sampai 9 tahun
- Pedet betina diberikan susu sampai umur 4 bulan
- Pedet jantan diberikan susu sampai umur 2 bulan
- Pedet jantan dapat dijual setelah umur 1,5 sampai 2 bulan
Langkah yang perlu dilakukan setelah usaha peternakan sapi
perah berjalan adalah dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana target yang direncanakan tercapai. Sehingga dapat
mengambil langkah preventif sebaliknya pengembangan pada usaha peternakan sapi
perah. Hal ini tentu akan membantu mengurangi ketergantungan bangsa Indonesia
akan impor susu. Siapa lagi yang akan membangun Indonesia jika bukan para
penerus dan generasi bangsa.
KESIMPULAN
Berdasarkan Pembahasan diatas Kabupaten Gowa khususnya Desa
Malino sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat atau lahan peternakan
Sapi Perah karena lokasi yang cukup strategis dan suhu yang sangat mendukung
untuk peternakan sapi perah sesuai yang telah di jelaskan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.
http://www.ilmu-peternakan.com/2009/05/perencanaan-peternakan-sapi-perah.html.
di akses pada tanggal 1 Oktober 2012.
Anonim.2012.
http://www.fedcosierra.com/2011/07/persiapan-sebelum-memulai-ternak-sapi.html.
di akses pada tanggal 1 oktober 2012.
Firman, Achmad. 2007. Manajemen Agribisnis Sapi Perah :
Suatu Telaah Pustaka. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Bandung
Sudono, Adi. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu
Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Statistik
Peternakan 2008. Jakarta: Departemen Pertanian.
Priyono, S.Pt
Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman
Mahasiswa Magister Ilmu Ternak Universitas Diponegoro
Email: priyono.spt@gmail.com
PENDAHULUAN
Setiap peternak yang memelihara ternak untuk dijual
atau dikomersilkan selalu mengharapkan dapat memperoleh keuntungan yang
setinggi-tingginya dengan biaya tertentu. Hal ini merupakan prinsip ekonomi
yang sudah mengakar pada setiap orang yang melakukan usaha, baik usaha
pertanian, peternakan maupun usaha komersil yang lain. Saat ini yang menjadi
prioritas dan menjadi perhatian adalah kepada aspek modal finansial. Dimana
diatur sedemikian rupa untuk dapat memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan
biaya. Seperti, penggunaan investasi yang tepat, menentukan fungsi produksi,
fungsi keuntungan, efisiensi usaha dan kelayakan usaha.
Jika kita mengamati dengan cermat, sebetulnya suatu
pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan maju jika sebagian warga negara
menggunakan modal finansial dengan diimbangi modal sosial. Modal finansial
adalah sejumlah uang yang dapat digunakan untuk membeli fasilitas dan alat-alat
produksi perusahaan saat ini (misalnya pabrik, mesin, peralatan, kantor,
kendaraan) atau sejumlah uang yang dihimpun atau ditabung untuk investasi
dimasa depan (Suharto, 2007). Modal finansial ini mempunyai konsep yang mudah
dipahami oleh semua orang, bahkan orang yang tidak mengenyam pendidikan formal
juga dapat memahami konsep modal finansial ini.
PEMBAHASAN
Dewasa ini mulai ramai dikembangkan penelitian-penelitian
mengenai modal sosial. Peneliti ingin menggugah kesadaran masyarakat bahwa
modal sosial tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan modal finansial. Modal
sosial ini memerlukan pemahaman yang lebih dibandingkan dengan modal finansial.
Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari
adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas (Suharto, 2007). Jadi
modal sosial dapat diukur dari hasil interaksi dan pengukurannya memerlukan
ketelitian yang lebih. Modal sosial yang diantaranya terdiri dari kepercayaan,
kohesifitas, altruisme, gotong royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki
pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui beragam mekanisme
(Blakeley dan Suggate, 1998; Suharto 2005a, Suharto 2005b). Sebagian besar
orang dapat memahami modal sosial jika diberikan contoh-contohnya dalam
aplikasi kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh aplikatifnya yaitu:
Ternak sapi potong merupakan ternak yang menjadi andalan
bangsa Indonesia. Hal tersebut didukung dengan rencana pemerintah dalam
mencanangkan program swasembada daginng. Sehingga bangsa Indonesia tercukupi kebutuhan
akan protein hewani dengan meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging. Jumlah
kebutuhan 6 gram protein hewani dapat tercukupi. Daging sapi merupakan daging
pilihan masyarakat dibandingkan dengan dari daging ayam.
Ternak sapi potong banyak dibudidayakan oleh masyarakat
mengingat kebutuhan akan daging tidak pernah menurun dan nilai dari daging
umumnya selalu stabil. Masyarakat peternak Indonesia lebih banyak yang
mengusahakan penggemukan sapi potong (fattening) karena pemeliharaan
relatif mudah dan cepat yaitu sekitar 4 sampai 7 bulan. Peternak membeli sapi
bakalan kemudian digemukkan dan setelah 4 sampai 7 bulan dijual untuk dipotong.
Jenis sapi yang biasa digemukkan yaitu Simmental, Peranakan FH dan Peranakan
Ongole.
Peternak sapi potong rakyat umumnya membentuk kelompok tani
ternak dalam melakukan aktivitas usahanya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
peternak dalam adopsi teknologi baru, perkembangan harga ternak, pakan,
pemeliharaan, kesehatan dan lain sebagainya. Dalam kelompok inilah kelihatan
nyata sekali modal sosial yang dimiliki peternak dapat diukur. Peternak dengan
modal sosial yang tinggi cenderung akan berusaha lebih baik, sehingga
pendapatan yang diterima tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Priyono
(2008) yang menyatakan bahwa ikatan sosial (modal sosial) memiliki pengaruh
yang nyata terhadap pendapatan dan efisiensi ekonomi usaha ternak sapi potong.
Semakin tinggi modal sosial, maka berkorelasi positif dengan pendapatan dan
efisiensi ekonomi usaha. Sehingga apabila modal finansial dan modal sosial
dilakukan secara seimbang, maka pembangunan ekonomi masyarakat dapat maju.
KESIMPULAN
Peternak sapi potong rakyat umumnya membentuk kelompok tani
ternak dalam melakukan aktivitas usahanya. Peternak dengan modal sosial yang
tinggi dalam kegiatan usaha kelompok cenderung akan berusaha lebih baik,
sehingga usaha ternak sapi potong meningkat dan pendapatan yang diterima tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Blakeley, Roger dan D. Suggate. 1997. “Public Policy
Development” dalam David Robinson (ed), Social Capital dan Policy
Development, Wellington: The Institute of Policy Studies: 80-100.
Priyono. 2008. Studi Keterkaitan Antara Ikatan Sosial
Dengan Pendapatan dan Efisiensi Ekonomi Usaha Ternak Sapi Potong Di Kabupaten
Banjarnegara. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Suharto, E. 2007. Modal Sosial dan Kebijakan Publik.
Artikel.
Suharto, E. 2005a. Analisis Kebijakan Publik:
Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Alfabeta. Bandung.
Suharto, E. 2005b. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan
Pekerjaan Sosial. Refika Aditama. Bandung.
PELUANG USAHA TERNAK SAPI POTONG
Juni 23, 2010 oleh Arief Rachman W.
Usaha peternakan sapi potong pada saat ini masih tetap
menguntungkan. Pasalnya, permintaan pasar terus memperlihatkan peningkatan.
Termasuk di pasar ekspor seperti ke Malaysia. Di negara jiran itu permintaan
cenderung meningkat yang dipicu oleh bergesernya tradisi memotong kambing ke
tradisi memotong sapi atau kerbau pada saat perhelatan keluarga atau perayaan
lainnya.
Indonesia dengan jumlah penduduk di atas 220 juta jiwa
membutuhkan pasokan daging yang besar. Peternakan domestik belum mampu memenuhi
permintaan daging dari warganya. Timpangnya antara pasokan dan permintaan,
ternyata masih tinggi.
Tidak mengherankan, lembaga yang memiliki otoritas tertinggi
dalam hal pertanian termasuk peternakan, Deptan, mengakui masalah utama usaha
sapi potong di Indonesia terletak pada suplai yang selalu mengalami kekurangan
setiap tahunnya.
Sementara laju pertumbuhan konsumsi dan pertambahan penduduk
tidak mampu diimbangi oleh laju peningkatan populasi sapi potong dan pada
gilirannya memaksa Indonesai selalu melakukan impor baik dalam bentuk sapi
hidup maupun daging dan jeroan sapi.
Menurut data Susenas (2002) yang dikeluarkan BPS,
memperlihatkan konsumsi daging sapi dan jeroan masyarakat Indonesia sebesar
2,14 kg/kap/tahun. Konsumsi tersebut sudah memperhiutngkan konsumsi daging
dalam bentuk olahan seperti sosis, daging kaleng dan dendeng.
Asumsi
|
|
*
|
Penduduk tahun sebesar 206,3 juta dengan tingkat pertumbuhan
sebesar 1,49% per tahun
|
*
|
Populasi sapi lokal sebesar 11,6 juta ekor dengan tingkat
pertumbuhan sebesar 14% per tahun.
|
*
|
Konsumsi daging sebesar 1,72 kg/kapita/tahun dengan
peningkatan sebesar 0,1 kg/kapita/tahun.
|
*
|
Produksi daging sapi sebesar 350,7 ribu ton.
|
Proyeksi kebutuhan daging
|
||
* Th 2000
|
-
|
Penduduk 206 juta orang
|
-
|
Konsumsi 1,72 kg/kapita/tahun
|
|
-
|
Produksi daging 350,7 ribu ton/tahun
|
|
-
|
Pemotongan sapi 1,75 juta ekor/tahun
|
|
* Th 2010
|
-
|
Penduduk 242, 4 juta orang
|
-
|
Konsumsi 2,72 kg/kapita/tahun
|
|
-
|
Produksi daging 654,4 ribu ton/tahun
|
|
-
|
Pemotongan sapi 3,3 juta ekor/tahun (naik 88,6%)
|
|
* Th 2020
|
-
|
Penduduk 281 juta orang
|
-
|
Konsumsi 3,72 kg/kapita/tahun
|
|
-
|
Produksi dagiing 1,04 juta ton/tahun
|
|
-
|
Pemotongan sapi 5,2 juta ekor/tahun (naik 197%)
|
Sumber : Apfindo
Dengan kondisi tersebut diperkirakan keadaan populasi 2009
hanya mampu memasok 80% dari total kebutuhan dalam negeri. Keadaan tersebut
tentu sangat menghawatirkan karena suatu saat akan terjadi dimana kebutuhan
daging sapi dalam negeri sangat tergantung kepada impor. Dengan demikian
ketergantungan tersebut tentu akan mempengaruhi harga sapi lokal (datinnak).
Konono, menurut analisa Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot
Indonesia (Apfindo), populasi sapi lokal Indonesoia, cenderung semakin menurun
tanpa ada subtitusi dari impor sapi bakalan. Contoh pada 1997, populasi sapi
lokal sebesar 11,9 juta ekor menjadi 11 juta ekor (8,2%) pada 2000 dikarenakan
impor sapi bakalan terganggu krisis.
Semakin sulitnya sapi lokal memenuhi kebutuhan daging pada
hari-hari besar keagamaan (Idul Fitri, Natal, dan tahun baru), tanpa dibantu
oleh sapi impor (kasus 2001). Dan tiap provinsi sumber ternak mulai khawatir
terhadap pupolasi sapi di daerahnya (Sulawesi Selatan, NTT, NTB, Jateng dan
Jatim).
Kemudian adanya pemotongan sapi betina
produktif. Pemerintah tidak mempunyai kewenangan apapun untuk
mencegah sapi betina produktif untuk dipotong. Disinyalir 20%-30% dari jumlah
sapi lokal yang dipotong adalah betia produktif.
Belum lagi akibat soal kualitas sapi lokal. Semakin menurun
dengan terjadinya in-breeding diantara sapi lokal sehingga berat hidup sapi
lokal semakin menurun (rata-rata 300 kg). Program cross breeding yang dilakukan
selama ini tidak mengakibatkan peningkatan kualitas sapi lokal karena
keterunannya (F-1) terus dipotong, bukan untuk dikembangbiakan kembali.
Kondisi itu, dengan sendirinya, membuat Indonesia harus
mampu mendorong pertumbuhan produksi sapi sekaligus daging sapi. Arena
kebutuhan daging sapi yang semakin meningkat, jika tidak disertai pertumbuhan
populasi, mengakibatkan semakin banyaknya sapi lokal yang diptong termasuk sapi
betina, sehingga jika tidak waspada Indonesia akan masuk dalam food trap. Di
mana ketergantungan akan impor akan semakin besar dan pada akhirnya akan 100%
tergantung impor.
Itu sebabnya, bisnis ternak sapi potong, menjadi salah satu
lahan usaha yang prospektif. Salah satu contoh kasus di Provinsi Sumatra Barat.
Saat ini, di provinsi itu, diyakini pertumbuhan komsumsi atas daging ternak
sapi terus memperlihatkan trend meningkat namun belum mampu dipenuhi oleh
produksi daging nasional.
Apalagi, produksi daging dari ternak sapi potong di Sumbar,
berpotensi untuk diekspor ke sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia
dan Singapura karena permintaan daging di kedua negara tersebut cenderung
meningkat.
Peluang ekspor daging sapi ke Malaysia sangat terbuka karena
permintaan di negara jiran itu cenderung meningkat. Hal itu dipicu oleh
bergesernya tradisi memotong kambing kepada tradisi memotong sapi atau kerbau
pada saat perhelatan keluarga atau perayaan lainnya.
Bahkan, kendati kebutuhan konsumsi daging sapi di Provinsi
Sumbar sudah terpenuhi, budi daya ternak sapi potong di daerah ini tetap
membaik karena hanya untuk memenuhi atau mengisi pangsa pasar daerah lainnya
seperti Jambi, Riau dan Riau Kepulauan.
Target produksi daging tersebut mengacu kepada target hasil
kesepakatan Widya Karya Pangan dan Gizi 10 KG per kapita per tahun (27,5% x
daging sapi).
Dengan demikian, impor daging ke Sumbar tidak diperlukan
lagi, sebaliknya Sumbar bersiap-siap untuk melakukan ekspor daging sapi ke
sejumlah negara di Asia Tenggara.
Tahun lalu, Sumbar ditargetkan mampu memproduksi sedikitnya
12 juta kg daging sapi dengan populasi sapi potong sekitar 623.520 ekor.
Jumlah itu diperuntukkan bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan komsumsi daging masyarakat daerah ini yang diperkirakan belum
mencapai 10 juta kg per tahun.
Skala rumah tangga
Banyak sistem yang biasa digunakan untuk mengembangkan
ternak sapi potong. Salah satu sistem yang paling dikenal adalah sistem kandang
dalam lembaga yang berbadan hukum resmi seperti koperasi.
Sistem ini termasuk sistem berskala besar karena jumlah sapi
yang dibudidayakan bisa mencapai ratusan ekor, selain keuntungan yang diperoleh
dari aplikasi sistem ini jauh lebih besar.
Tapi, boleh juga seperti yang dilakukan di Sumbar. Saat ini
di provinsi itu, mulai berkembang sistem lain yakni ternak sapi potong berskala
rumah tangga yang menggunakan cara konvensional sehingga memudahkan sebuah
rumah tangga mengembangkan usaha ternak sapi potong ini.
Sistem ini dikembangkan karena ternak sapi potong dipandang
sebagai bentuk usaha yang dapat memberikan tambahan pendapatan kepada para
peternak kecil skala rumah tangga tersebut sekaligus mengangkat masyarakat
ekonomi lemah.
Ternak sapi potong berskala rumah tangga tersebut sangat
ekonomis, baik dari sisi biaya pemeliharaan maupun biaya pembuatan kandang.
Karena berskala kecil, pembuatan kandang biasanya berbentuk tunggal.
Tapi hal teknis lainnya seperti ukuran kandang untuk seekor
sapi tidak jauh berbeda dengan ukuran kandang untuk penggemukan sapi komersil
dalam skala besar.
Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa 1,5×2 meter
atau 2,5×2 meter. Sedangkan untuk sapi betina dewasa 1,8×2 meter dan anak sapi
1,5×1 meter dengan tinggi 2-2,5 meter.
Sistem budi daya ternak sapi berskala rumah tangga ini sudah
diterapkan di Kota Sawahlunto, Sumbar sejak 2003. Di mata Pemkot Sawahlunto
penerapan sistem ini mampu mendorong pendapatan sebuah rumah tangga hingga
berlipat.
Seperti yang lazim diketahui, jenis-jenis sapi potong yang
terdapat di Indonesia saat ini merupakan sapi asli Indonesia dan sapi impor.
Dari jenis sapi potong tersebut, masing-masing memiliki sifat dan ciri khas
baik dilihat dari bentuk luarnya seperti ukuran tubuh, warna bulu maupun
genetiknya.
“Biasanya sapi-sapi asli Indonesia yang dijadikan sumber
daging para peternak sapi adalah sapi bali, sapi ongole, sapi po (peranakan
ongole), sapi madura dan sapi aceh. Ini harus diketahui peternak,”.
Pengetahuan teknis lain yang juga harus dipegang peternak
adalah bagaimana mengenal tipe sapi potong saat membeli bibit. Misalnya dari
sisi bentuk badan, bibit tipe sapi potong memiliki bentuk badan persegi panjang
atau berbentuk bulat silinder.
Sedangkan badan bagian muka, tengah dan belakang tumbuh sama
kuat. Sedangkan garis badan atas dan bawah sejajar. “Pengetahuan ini diberikan
agar peternak dapat memilih bibit tipe sapi potong yang berkualitas,”.
Selain masalah bibit, peternak harus tahu tentang bagaimana
memilih lokasi penggemukan yang memenuhi syarat ideal. Lokasi ideal untuk
membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman
penduduk. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10
meter. Sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang dan dekat dengan
lahan pertanian.
Pendapatan meningkat
Pola tersebut ternyata membuahkan hasil. Dalam tempo enam
bulan, satu ekor sapi potong bisa menghasilkan keuntungan sekitar Rp4 juta-Rp5
juta.
Padahal, dalam satu rumah tangga, sapi potong yang
dibudidayakan rata-rata dua sampai tiga ekor.
“Harga bibit satu ekor berkisar antara Rp6 juta-Rp7 juta,
sementara setelah dipelihara selama enam bulan, harga sapi di pasaran meningkat
antara Rp10 juta-Rp11 juta, sehingga peternak memperoleh keuntungan Rp4
juta-Rp5 juta per ekor atau sekitar Rp12 juta-Rp15 juta per satu rumah
tangga,”.
Bagaimana, apakah Anda berminat memulai usaha ternak sapi?
Oleh: Linda Mardia Sari (E2DO1113)
- I. PENDAHULUAN
Ulat sutera
merupakan salah satu sumberdaya
alam Indonesia. Kebanyakan ulat sutera yang dibudidayakan
adalah ulat sutera jenis Bombyx mori untuk penghasil usaha benang
sutera. Sutera merupakan suatu komoditi yang dihasilkan dari sejenis ulat.
Dalam ordo Lepidoptera terdapat dua kelompok penghasil sutera, yaitu sutera
murbei dan sutera non murbei. Ulat sutera yang termasuk ke dalam kelompok
sutera murbei adalah ulat sutera yang telah didomestikasi dan pakannya berasal
dari daun murbei, sedangkan yang termasuk kelompok non murbei atau sutera
liar adalah yang belum didomestikasi dan pakannya bukan daun murbei.
Sutera yang berasal dari ngengat liar lebih banyak digemari karena memiliki
lebih banyak kelebihan dibandingkan sutera yang sudah didomestikasi.
Usaha persuteraan alam merupakan salah satu kegiatan
agribisnis yang mempunyai rangkaian kegiatan yang cukup panjang mulai dari
pertanaman murbei, pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera, prosesing
kokon, pemintalan dan pertenunan. Dengan menempatkan sistem agribisnis
sebagai paradigma baru dalam usaha persuteraan, maka usaha persuteraan memiliki
subsistem agrbisnis yang lengkap mulai dari pengadaan sarana produksi,
budidaya, industri pengolahan, pemasaran dan kelembagaan pendukung.
Adapun manfaat kegiatan persuteraan alam sebagai berikut
mudah dilaksanakan dan memberikan hasil dalam waktu yang relatif singkat,
memberikan tambahan pendapatan kepada masyarakat khusunya di pedesaan,
memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya, mendukung kegiatan
reboisasi dan penghijauan.
Manfaat kegiatan persuteraan ini bisa didapat jika subsistem
agribisnis kegiatan ini telah lengkap dan berjalan dengan baik. Oleh karena itu
perlu di identifikasi subsistem apa saja yang terlibat pada kegiatan
persuteraan dan apa saja permasalahan yang terdapat pada subsistem tersebut.
- II. BUDIDAYA ULAT SUTERA
Budidaya ulat sutera dimaksudkan untuk menghasilkan benang
sutera sebagai bahan baku pertekstilan. Untuk melaksanakan pemeliharaan ulat
sutera, terlebih dahulu dilakukan penanaman murbei, yang merupakan satu-satunya
makanan (pakan) ulat sutera, Bombyx mori L.
- A. PERSIAPAN PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
Sebelum kegiatan pemeliharaan ulat sutera dimulai, beberapa
hal yang perlu diperhatikan seperti : tersedianya daun murbei sebagai pakan
ulat sutera, ruang dan peralatan pemeliharaan serta pemesanan bibit/telur ulat
sutera.
- a. Penyediaan Daun Murbei :
§ Daun murbei untuk ulat kecil berumur
pangkas $ 1 bulan dan untuk ulat besar berumur pangkas 2-3 bulan;
§ Tanaman murbei yang baru ditanam, dapat
dipanen setelah berumur 9 bulan;
§ Untuk pemeliharaan 1 boks ulat sutera,
dibutuhkan 400-500 kg daun murbei tanpa cabang atau 1.000 – 1.200 kg daun
murbei dengan cabang;
§ Daun murbei jenis unggul yang baik untuk ulat
sutera adalah : Morus alba, M. multicaulis, M. cathayana dan BNK-3 serta
beberapa jenis lain yang sedang dalam pengujian oleh Balai Persuteraan Alam
Sulawesi Selatan.
- b. Ruangan Peralatan.
§ Tempat pemeliharaan ulat kecil sebaiknya
dipisahkan dari tempat pemeliharaan ulat besar;
§ Pemeliharaan ulat kecil dilaksanakan pada
tempat khusus atau pada Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK);
§ Ruang pemeliharaan harus mempunyai ventilasai
dan jendela yang cukup:
§ Bahan-bahan dan peralatan yang perlu disiapkan
adalah : Kapur tembok, kaporit/papsol, kotak/rak pemeliharaan, tempat daun,
gunting stek, pisau, ember/baskom, jaring ulat, ayakan, kain penutup daun, hulu
ayam, kerta alas, kerta minyak/parafin, lap tangan dan lain-lain;
§ Desinfeksi ruangan dan peralatan, dilakukan
2-3 hari sebelum pemeliharaan ulat sutera dimulai, menggunakan larutan kaporit
0,5% atau formalin (2-3%), disemprotkan secara merata;
§ Apabila tempat pemeliharaan ulat kecil berupa
UPUK yang berlantai semen, maka setelah didesinfeksi dilakukan pencucian.
- c. Pesanan Bibit.
§ Pesanan bibit disesuaikan dengan jumlah daun
yang tersedia dan kapasitas ruangan serta peralatan pemeliharaan;
§ Bibit dipesan selambat-lambatnya 10 hari
sebelum pemeliharaan ulat dimulai melalui petugas / penyuluh atau langsung
kepada produsen telur;
§ Apabila bibit/telur telah diterima, lakukan
penanganan telur (inkubasi) secara baik agar penetasannya seragam.
Caranya adalah sebagai berikut :
§ Sebarkan telur pada kotak penetasan dan tutup
dengan kertas putih yang tipis;
§ Simpan pada tempat sejuk dan terhindari dari
penyinaran matahari langsung, pada suhu ruangan 25° -28° C dengan
kelembaban 75-85%;
§ Setelah terlihat bintik biru pada telur,
bungkus dengan kain hitam selama $ 2 hari
- B. PELAKSANAAN PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
Kegiatan pemeliharaan ulat sutera meliputi pemeliharaan ulat
kecil, pemeliharaan ulat besar serta mengokonkan ulat.
- a. Pemeliharaan Ulat Kecil
Pemeliharaan ulat kecil didahului dengan kegiatan “Hakitate”
yaitu pekerjaan penanganan ulat yang baru menetas disertai dengan pemberian
makan pertama.
§ Ulat yang baru menetas didesinfeksi dengan
bubuk campuran kapur dan kaporit (95:5), lalu diberi daun murbei yang muda dan
segar yang dipotong kecil-kecil;
§ Pindahkan ulat ke sasag kemudian ditutup
dengan kertas minyak atau parafin;
§ Pemberian makanan dilakukan 3 kali sehari
yakni pada pagi, siang, dan sore hari;
§ Pada setiap instar ulat akan mengalami masa
istirahat (tidur) dan pergantian kulit. Apabila sebagian besar ulat tidur
($ 90%), pemberian makan dihentikan dan ditaburi kapur. Pada saat ulat
tidur, jendela/ventilasi dibuka agar udara mengalir;
§ Pada setiap akhir instar dilakukan penjarangan
dan daya tampung tempat disesuaikan dengan perkembangan ulat;
§ Pembersihan tempat ulat dan pencegahan hama
dan penyakit harus dilakukan secara teratur.
Pelaksanaanya sebagai berikut :
§ Pada instar I dan II, pembersihan dilakukan
masing-masing 1 kali. Selama instar III dilakukan 1-2 kali yaitu setelah
pemberian makan kedua dan menjelang tidur;
§ Penempatan rak/sasag agar tidak menempel pada
dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng berisi air, untuk mencegah
gangguan semut;
§ Apabila lantai tidak ditembok, taburi kapur
secara merata agar tidak lembab;
§ Desinfeksi tubuh ulat dilaksanakan setelah
ulat bangun tidur, sebelum pemberian makan pertama.
Penyalur ulat kecil dari UPUK ke tempat pemeliharaan petani
/ kolong rumah atau Unit Pemeliharaan Ular Besar (UPUB), dilakukan ketika
sedang tidur pada instar III. Perlakuan pada saat penyaluran ulat sebagai
berikut :
§ Ulat dibungkus dengan menggulung kertas alas;
§ Kedua sisi kertas diikat dan diletakkan pada
posisi berdiri agar ulat tidak tertekan;
§ penyaluran ulat sebaiknya dilaksanakan pada
pagi atau sore hari.
- b. Pemeliharaan Ulat Besar.
Kondisi dan perlakuan terhadap ulat besar berbeda dengan
ulat kecil. Ulat besar memerlukan kondisi ruangan yang sejuk. Suhu ruangan yang
baik yaitu 24-26° C dengan kelembapan 70-75%.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ulat
besar adalah sebagai berikut :
§ Ulat besar memerlukan ruangan/tempat pemeliharaan
yang lebih luas dibandingkan dengan ulat kecil;
§ Daun yang dipersiapkan untuk ulat besar, disimpan
pada tempat yang bersih dan sejuk serta ditutup dengan kain basah;
§ Daun murbei yang diberikan pada ulat besar tidak
lagi dipotong-potong melainkan secara utuh (bersama cabangnya).
§ Penempatan pakan diselang-selingi secara teratur
antara bagian ujung dan pangkalnya;
§ Pemberian makanan pada ulat besar (instar IV dan V)
dilakukan 3-4 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore dan malam hari;
§ Menjelang ulat tidur, pemberian makan dikurangi atau
dihentikan. Pada saat ulat tidur ditaburi kapur secara merata;
§ Desinfeksi tubuh ulat dilakukan setiap pagi sebelum
pemberian makan dengan menggunakan campuran kapur dan kaporit (90:10) ditaburi
secara merata;
§ Pada instar IV, pembersihan tempat pemeliharaan
dilakukan minimal 3 kali, yaitu pada hari ke-2 dan ke-3 serta menjelang ulat
tidur;
§ Pada instar V, pembersihan tempat dilakukan setiap
hari;
§ Seperti pada ulat kecil, rak/sasag ditempatkan tidak
menempel pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng yang berisi
air.
§ Apabila lantai ruangan pemeliharaan tidak berlantai
semen agar ditaburi kapur untuk menghindari kelembaban tinggi.
- c. Mengokonkan Ulat.
Pada instar V hari ke-6 atau ke-7 ulat biasanya akan mulai
mengokon. Pada suhu rendah ulat akan lebih lambat mengokon. Tanda-tanda ulat
yang akan mengokon adalah sebagai berikut :
§ Nafsu makan berkurang atau berhenti makan sama
sekali;
§ tubuh ulat menjadi bening kekuning-kuningan
(transparan);
§ Ulat cenderung berjalan ke pinggir;
§ Dari mulut ulat keluar serat sutera.
Apabila tanda-tanda tersebut sudah terlihat, maka perlu di
ambil tindakan sebagai berikut :
§ Kumpulkan ulat dan masukkan ke dalam alat
pengokonan yang telah disiapkan dengan cara menaburkan secara merata.
§ Alat pengokonan yang baik digunakan adalah :
rotari. Seri frame, pengokonan bambu dan mukade (terbuat dari daun kelapaatau
jerami yang dipuntir membentuk sikat tabung).
- PANEN DAN PENANGANAN KOKON.
Panen dilakukan pada hari ke-5 atau ke-6 sejak ulat mulai
membuat kokon. Sebelum panen, ulat yang tidak mengokon atau yang mati diambil
lalu dibuang atau dibakar.
Selanjutnya dilakukan penanganan kokon yang meliputi
kegiatan sebagai berikut :
- Pembersihan kokon, yaitu menghilangkan kotoran dan serat-serat pada lapisan luar kokon;
- Seleksi kokon, yaitu pemisahan kokon yang baik dan kokon yang cacat/jelek;
- Pengeringan kokon, yaitu penanganan terhadap kokon untuk mematikan pupa serta mengurangi kadar air dan agar dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu;
- Penyimpanan kokon, dilakukan apabila kokon tidak langsung dipintal/dijual atau menunggu proses pemintalan.
Cara penyimpanan kokon adalah sebagai berikut :
§ Dimasukkan ke dalam kotak karton, kantong
kain/kerta;
§ Ditempatkan pada ruangan yang kering atau
tidak lembab;
§ Selama penyimpanan, sekali-sekali dijemur
ulang di sinar matahari;
§ Lama penyimpanan kokon tergantung pada cara
pengeringan, tingkat kekeringan dan tempat penyimpanan.
- III. SUB SISTEM AGRIBISNIS ULAT SUTERA DAN PERMASALAHANNYA
- Subsistem Bagian Hulu (upstream agribusiness)
Subsistem agribisnis hulu (upstream
agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan
barang-barang modal bagi pertanian, seperti industri pembibitan/pembenihan
hewan dan tumbuhan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat/vaksin ternak),
dan industri agrootomotif (mesin dan peralatan pertanian), serta industri
pendukungnya.
Di beberapa daerah dimana usaha persuteraan alam berkembang,
pupuk untuk kebun murbei masih sulit didapatkan karena bersaing dengan
kebutuhan pupuk pada lokasi pertanian lain. Akibatnya harga pupuk menjadi mahal
atau tidak dilakukan pemupukan pada lokasi tanaman murbei sehinga produktivitas
tanaman murbei menjadi rendah.
Demikian pula halnya dengan kaporit dan formalin sebagai
sarana untuk disinfeksi pada pemeliharaan ulat beberapa waktu sangat sulit
didapatkan karena adanya larangan penggunaan kedua zat tersebut, akibatnya
banyak ulat sutera pada waktu pemeliharaan terganggu dan memberikan hasil kokon
yang rendah.
Selain itu, pada umumnya lembaga-lembaga yang terkait
dengan pengadaan sarana produksi seperti kelompok tani, koperasi unit desa dan
lainnya masih kurang berperan. Terbatasnya modal, informasi dan bimbingan serta
akses atau kemudaha menjadi kendala utama dalam pengadaan sarana
produksi.
Bibit murbei yang ditanam juga masih bermacam-macam sehingga
belum terjamin keunggulannya.
- Subsistem Produksi (On-Farm)
Subsistem Produksi (On-Farm) yaitu kegiatan
yang menggunakan sarana produksi pertanian untuk
menghasilkan komoditas pertanian primer, dalam
hal ini adalah pohon murbei sebagai sarana perkembangbiakan
ulat dalam menghasilkan kokon ulat sutera.
Budidaya usaha persuteraan alam terdiri dari 2 kegiatan
yaitu kegiatan budidaya murbei dan budidaya pemeliharaan ulat sutera.
Pada budidaya murbei, dilakukan secara konvensional dan
menggunakan input yang terbatas. Tanaman murbei setelah dipanen untuk
penyediaan pakan ulat sutera biasanya hanya dibiarkan tumbuh begitu saja sampai
pemanenan berikutnya.
Budidaya ulat sutera dilakukan belum sesuai standar. Banyak
petani pemelihara ulat sutera yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah
pemeliharaan ulat sutera baik dalam hal kecukupan pakan, kebersihan ruangan
untuk pemeliharaan ulat sutera sampai dengan cara pemanenan kokon yang kurang
sempurna.
- Subsistem Hilir
Subsistem Hilir adalah kegiatan ekonomi yang mengolah
komoditas pertanian primer (agroindustri), berupa kokon ulat sutera menjadi
produk olahan baik produk antara berupa benang sutera yang akan
digunakan untuk memproduksi kain (intermediate product) maupun
produk akhir (finish product) berupa aksesoris yang sudah siap dipakai.
Kokon yang dihasilkan dipintal menjadi menjadi benang sutera
dan benang sutera kemudian ditenun menjadi benang. Teknologi dan peralatan
produksi yang digunakan untuk kegiatan tersebut masih belum standar.
Akibat dari budidaya yang belum pada subsistem on farm
yang tidak mengikuti kaidah budidaya akan menghasilkan kokon dengan mutu yang
rendah. Kokon dengan mutu yang rendah sebagai bahan baku pada pemintalan benang
sutera akan menghasilkan benang sutera dengan mutu yang rendah pula ditambah
lagi dengan kondisi mesin pintal yang.masih belum standar. Akibatnya kain
sutera yang dihasilkan pun akan menjadi rendah.
- Subsitem pemasaran, yakni kegiatan-kegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas pertanian hasil olahan kokon ulat sutera, baik di dalam maupun luar negeri.
- Subsistem Pelayanan Pendukung
Subsistem Pelayanan Pendukung adalah subsistem
jasa yang menyediakan jasa bagi
subsistem agribisnis hulu, subsistem usahatani,
dan subsistem agribisnis hilir. Termasuk ke
dalam subsistem ini adalah penelitian dan pengembangan, sistem informasi dan
dukungan kebijakan pemerintah (mikroekonomi, tata ruang, makroekonomi)
dalam pengembangan potensi kokon ulat sutera emas. Sehingga dapat menjadikan
kokon ulat sutera sebagai komoditi khas Indonesia dan menjadikan Indonesia
sebagai centra sutera.
Peran kelembagaan di tingkat petani masih sangat
terbatas. Di tingkat desa dan kecamatan peran kelompok tani dalam agribisnis usaha
persuteraan alam masih lemah. Hal ini dapat dilihat dari terbatasnya penyediaan
sarana produksi dan permodalan.
- IV. KESIMPULAN
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk
menggerakan budidaya sutera adalah dengan menjalankan
perbaikan beberapa subsistem, diantaranya :
Subsitem agribisnis hulu (upstream agribusiness), Subsistem usahatani
atau pertanian primer (on-farm agribusiness),
Subsistem agribisnis
hilir atau
pengolahan (downstream agribusiness), Subsitem
pemasaran, dan Subsistem Jasa. Pada setiap subsistem agribisnis tersebut
terdapat berbagai permasalahan, antara lain pengadaan sarana produksi yang
belum efisien, bibit unggul dan pupuk yang masih sulit diperoleh, teknologi
budidaya masih konvensional dan kurang higienis, teknologi pengolahan kokon
(pemintalan) masih belum efisien dan peran kelembagaan kelompok tani dan
pemasaran masih kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Saragih. 2010. Agribisnis : Paradigma Baru Pembangunan
Ekonomi Berbasis Pertanian. P.T. Penerbit IPB Press. Bogor.
Sukiman, Atmosoedarjo; Kartasubrata, Junus. M. Kaomini; W.
Saleh; W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Wana
Jaya. Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)